Senin, 20 Februari 2012

Aku dan FLP: Kado Terindah


Esai Hafi Zha

Hidup adalah sebuah kado yang hanya dapat diberikan oleh Allah Swt. Dalam kehidupan yang telah dihadiahkan kepada kita ini, Allah senantiasa memberi kejutan-kejutan. Coba renungkan kembali perjalanan kita dari dulu hingga saat ini. Siapa tahu Anda menemukan potret-potret kehidupan yang usang dihias debu. Atau justru potret itu terpajang indah di hati Anda. Ya, kejutan memang tak selalu membahagiakan. Adakalanya duka menghiasinya. Tapi tetap saja saya menganggapnya sebagai sebuah kejutan. Menang lomba. Buku berhasil terbit. Dapat royalti besar. Buku ternyata tak laku di pasaran. Jatuh dari motor. Terpaksa dirawat di rumah sakit. Menikah tahun ini. Dikaruniai anak laki-laki atau perempuan. Atau punya anak kembar. Dan sebagainya. Semua itu kejutan, bukan? Seperti sebuah kado dalam kehidupan kita.

Tak terkecuali dalam kehidupan saya. Dari kecil hingga kini telah menjadi ibu dari dua balita. Menjadi ibu merupakan kado terindah dan terbesar dalam hidup saya. Namun, jauh sebelum menerima kado itu, Allah telah lebih dulu memberikan sebuah kado kepada saya. Sebuah kado yang menjadi awal dari perjalanan rumah tangga saya.

Mungkin bukan saya satu-satunya orang di dunia ini yang pernah mendapat kejutan seperti ini. Sebuah kejutan yang saya sadari kemudian adalah perwujudan dari doa dan harapan saya. Ya … Allah mengabulkan harapan saya. Saya pernah memimpikan memiliki pendamping hidup seorang penulis. Semula saya membayangkan dipinang oleh wartawan yang penanya selalu menghiasi lembar surat kabar. Namun, Allah lebih tahu yang dibutuhkan hamba-Nya. Saya memang tidak menikah dengan wartawan, tetapi dengan seorang penulis cerpen. Seorang cerpenis yang berasal dari komunitas yang sama dengan saya, Forum Lingkar Pena (FLP).

Ya, berawal dari sebuah buku. Ketika Helvy Tiana Rosa yang merupakan salah seorang pendiri FLP serta dosen di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berkunjung ke Universitas Negeri Malang (UM) untuk studi banding. Dalam kegiatan itu, ia membahas sebuah buku yang memuat cerpen-cerpen nominator sebuah sayembara yang diadakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Seusai mengikuti acara itu, saya kemudian tertarik untuk meminjam buku itu. Sayang, Rista, teman saya sudah lebih dulu meminjam buku yang cuma ada satu di perpustakaan jurusan itu. Saya harus menunggu giliran meminjam dari teman saya. Bagi saya, membaca buku itu membuka pikiran saya untuk lebih giat menulis. Membuka mata saya bahwa banyak peluang yang bisa dicoba untuk meraih kesuksesan melalui jalan menulis.

Usai menamatkan buku itu, saya tertarik untuk menghubungi para penulisnya. Saya ingin sekali belajar banyak dari mereka. Saya ingin bisa seperti mereka. Sungguh senang dan bangganya saat beberapa penulis membalas maksud kami. Dengan sabar mereka membalas SMS atau email yang saya kirimkan, memberikan pelajaran yang sungguh berharga.

Seiring dengan waktu dan berbagai kesibukan masing-masing, komunikasi via email ataupun via handphone mulai jarang. Bahkan terputus sama sekali. Saya kembali takproduktif. Hanya saja ada satu nama masih terus berinteraksi. Saya yang saat itu menjadi salah satu pengurus FLP kampus merasa sangat terbantu berkomunikasi dengan penulis cerpen “Seribu Masjid yang Kudirikan” itu. Banyak ide dan masukan yang saya peroleh untuk mengembangkan kegiatan FLP di kampus. Teman-teman pun merasa senang dan berandai-andai menjadikannya pembicara jika ada kegiatan besar FLP kampus.

Ternyata keinginan teman-teman FLP di kampus terwujud setelah saya dan dia menikah. Menikah? Ya, taklama kami berinteraksi melalui SMS, ia menawarkan sebuah pernikahan kepada saya. Tentu saja saya terkejut. Usianya memang sudah layak untuk memiliki pasangan hidup. Saya sendiri memang menginginkan menikah di usia muda. Untuk menguji kesungguhannya, saya minta dia langsung datang menemui orang tua saya. Di luar dugaan, ia tak berkeberatan. Dari sana saya menemukan kesungguhan dan tanggung jawab dari dirinya.

Entah mengapa, sejak kedatangannya itu, saya percaya bahwa dia pria yang dari tulang rusuknyalah Allah menciptakan saya. Saya melihat sosok abah saya dalam dirinya. Teguh dan bertanggung jawab. Hanya saja kami tak lantas bisa mewujudkan keinginan kami untuk segera menikah. Orang tua tak cukup berani melepas saya menikah sebelum menyelsaikan kuliah. Apalagi saat itu, ia hanya seorang penulis lepas dan Mama menginginkan saya menikah dengan lelaki pilihannya yang tentu saja masih berasal dari Banjar. Ditambah lagi, kakak pertama saya yang terpaut sembilan tahun usianya dengan saya belum menemukan jodohnya. Sepertinya, mimpi saya untuk segera menikah takakan segera terlaksana.

Namun, ketika seorang keluarga dari pihak Mama datang meminta saya untuk anaknya, Mama memberikan pilihan, apakah saya ingin menerimanya atau masih mengharapkan cerpenis yang sudah lebih dulu meminta saya. Barangkali jawaban dari shalat Istikharah, barangkali juga karena keinginan saya memiliki suami seorang penulis, saya memutuskan menolak pinangan famili Mama saya. Lagipula, bukankah dalam Islam haram hukumnya meminang di atas pinangan orang lain? Biar bagaimana pun, keluarga saya takpernah menolak pinangan cerpenis itu.

Ketika untuk kedua kalinya saya menanyakan kesungguhannya menikahi saya, betapa terkejutnya saya mendengar dia telah bekerja di sebuah penerbitan yang memiliki catatan sejarah penting di dunia sastra Indonesia. Dia telah bekerja di Balai Pustaka! Dan kembali … kejutan dari Allah Swt. ini didapat melalui FLP. Melalui Mbak Asma Nadia, salah seorang pendiri FLP, dia memperoleh informasi lowongan kerja di Balai Pustaka. Barangkali karena aktivitasnya di Rumah Cahaya, perpustakaan yang didirikan oleh FLP, membuat Mbak Asma Nadia memilih untuk memberikan informasi itu kepadanya. Ia mencoba memasukkan lamaran. Dan diterima setelah diwawancarai langsung oleh direktur penerbitan tersebut. Saya bahagia dan bersyukur.

Setelah tiga kali kedatangan, maka pertemuan keempat adalah acara ijab kabul kami berdua. Alhamdulillah … satu persatu mimpi saya terwujud. Saya bisa menikah muda dengan seorang penulis. Kemudian, saya pun ikut bermukim di Depok. Saya sangat merasa kehilangan teman-teman saya semasa kuliah. Merasa tak punya siapa-siapa di tempat baru ini. Beruntung, teman-teman suami saya di FLP Depok dengan terbuka menerima saya. Perlahan-lahan saya merasa tak kesepian lagi. Saya menemukan keluarga baru di Depok. Keluarga FLP Depok yang bergiat di Rumah Cahaya FLP. Bahkan suami saya melibatkan saya dalam aktivitasnya di Rumah Cahaya.

Dalam mengarungi sampan rumah tangga, terkadang kami mengalami masa sulit. Terutama saat tengah bulan uang yang dipegang mulai menipis. Entahlah … uang itu memang cepat mengalirnya. Walau sudah diatur sedemikian rupa. Tapi berkah Allah selalu ada dalam pernikahan kami. Allah telah menjamin rezeki setiap manusia. Asal manusia itu berusaha dan berdoa. Rezeki tak terduga selalu datang dari mana saja. Salah satunya melalui FLP. Lagi … lagi … dan lagi …. Suami diundang jadi pembicara FLP. Jadi juri lomba mewakili nama FLP. Cerpen saya masuk sebagai juara harapan di lomba majalah Ummi yang berafiliasi dengan FLP. Dan lain-lain.

Semua kado kejutan itu saya syukuri. Saya nikmati yang telah Allah Swt. berikan kepada saya dan keluarga kecil kami. Saya menganggap FLP menjadi keluarga kedua saya di mana pun saya berada. Entah saya di Depok, di Malang, di Jombang, atau di Bogor kota tempat tinggal kami saat ini.

Hampir genap empat tahun pernikahan saya dengan cerpenis itu, Allah telah mengaruniakan kepada kami dua balita lucu, Tebing dan Rayya. Di usia FLP yang sebentar lagi genap 15 tahun ini, kira-kira kado apalagi yang akan Allah berikan melalui FLP? Apa pun kado yang akan diberikan Allah, semoga menjadi jalan bagi keberkahan keluarga kami dan FLP. Amin.

Bantarkemang Bogor, Februari 2012


Rabu, 15 Februari 2012

Festival Membaca dan Menulis FLP 2012


Dalam rangka milad Forum Lingkar Pena (FLP) yang ke-15, FLP mengadakan lomba-lomba sebagai berikut:

LOMBA FOTO AKU GILA BUKU

Ekspresikan dirimu bersama koleksi buku-bukumu, segila, senarsis, dan sekeren-kerennya!

Syaratnya:

1. Peserta lomba terbuka untuk umum
2. Pose foto harus memperlihatkan buku-buku FLP
2. Kamera yang digunakan boleh DSLR, kamera poket, maupun kamera ponsel
4. Peserta hanya boleh mengirimkan 1 (satu) foto
5. Foto dikirim melalui email: flp.pusat@gmail.com dengan ukuran maksimal 500 kb dan beri Subject: LOMBA FOTO AKU GILA BUKU
6. Panitia akan mengunggah foto di Twitter @flpoke dan Group Facebook Forum Lingkar Pena.
6. Waktu pelaksanaan mulai 25 Januari sampai dengan 19 Februari 2012
7. Foto dengan “Like” terbanyak di Facebook akan dinobatkan sebagai “Foto Favorit”
8. Pemilihan Foto Favorit akan ditutup pada 23 Februari 2012

Hadiah:
* Foto Terbaik akan mendapat: 1 minilaptop + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp 2.500.000,-
* Foto Favorit akan mendapat: Kamera pocket + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp1.500.000,-

LOMBA RESENSI BUKU

Persyaratan:
a. Lomba terbuka untuk umum.
b. Resensi ditulis sepanjang 1000-1500 kata, dengan memilih buku-buku berikut:

1. Catatan Cinta dari Mekkah (Awy’ Ameer Qolawun, Jendela, 2012)
2. Cinta Sang Penjaga Telaga (Azzura Dayana, Pro-U, 2009)
3. Cintaku di Negeri Jackie Chan (Ida Raihan, Jendela, 2012)
4. Goes to Pesantren (M. Dzanuryadi, LPPH, 2011)
5. Happy Working Mom (Aprilina Prastari, Gramedia, 2012)
6. Jatuh dari Cinta (Benny Arnas, Grafindo, 2011)
7. Lampuki (Arafat Nur, Serambi, 2011)
8. Livor Mortis (Deasylawati, Indiva, 2011)
9. Memoirs of Stientje (MD Aminuddin, Mybook, 2011)
10. Mengapung Bersama Nil (Arif Friyadi, LPPH, 2009)
11. Musim Gugur Terakhir di Manhattan (Julie Nava, LPPH, 2011)
12. Perempuan Bawang dan Lelaki Kayu (Ragdi F Daye, LPPH, 2010)
13. Rindu Rumpun Ilalang (Nailiya Nikmah, KSI Banjarmasin, 2010)
14. Sakura (Nova Ayu Maulita, LPPH, 2010)
15. Suami Sempurna (Nurul F Huda, LPPH, 2012)

c. Resensi belum pernah dipublikasikan.
d. Resensi dikirim melalui email ke flp.pusat@gmail.com, dengan subjek “Lomba Resensi Milad FLP ke-15”. Juga ditulis di note akun Facebook peserta dan menandai (men-tag) minimal 15 akun kawan.
e. Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu judul naskah.
f. Naskah ditunggu paling lambat 20 Februari 2012.

Hadiah:
Dua (2) resensi terbaik akan mendapat minilaptop + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp2.500.000,-

LOMBA BLOG

1. Peserta terbuka untuk umum
2. Blog harus milik pribadi peserta dan memuat hal-hal yang berhubungan dengan dunia membaca, tulis menulis, serta tentang FLP
3. Publikasi tulisan boleh dari arsip lama yang kemudian dimuat ulang di halaman awal blog
4. Kirim URL blog ke email: flp.pusat@gmail.com dan beri Subject: LOMBA BLOG, juga ke Twitter dengan mention @flpoke dan hastag #FestivalMembacadanMenulis2012.
5. Ditunggu paling lambat 21 Februari 2012.

Hadiah:
- Blog terbaik pertama akan mendapat: 1 minilaptop + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp2.500.000,-
- Blog terbaik kedua akan mendapat: Handphone + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp1.500.000,-

LOMBA ESAI “AKU DAN FLP”

Persyaratan:
1. Peserta untuk anggota FLP
2. Panjang esai 1.000-2.000 kata
3. Esai dikirim ke email: flp.pusat@gmail.com, serta dipublikasikan melalui blog pribadi atau note akun Facebook peserta, dengan men-tag 20 orang kawan. Link note di Facebook dilampirkan pada naskah asli yang dikirim melalui email. Panitia akan memuat link note peserta melalui Twitter.
4. Peserta hanya boleh mengirim 1 (satu) esai
5. Naskah ditunggu maksimal 22 Februari 2012.

Hadiah:
- Esai terbaik pertama akan mendapat: 1 minilaptop + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp3.000.000,-
- Esai terbaik kedua akan mendapat: Kamera poket + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp1.500.000,-

LOMBA MUSIKALISASI PUISI FLP

Persyaratan:
1. Peserta perorangan atau kelompok dengan menggunakan alat musik apa saja
2. Puisi yang dimusikalisasikan adalah puisi-puisi yang sudah pernah diterbitkan atau dipublikasikan oleh penulisnya
3. Peserta merekam musikalisasi puisinya dan diunggah ke Youtube.com. Durasi rekaman maksimal 15 menit
4. Copy-paste URL Youtube musikalisasi puisi ke akun Facebook dan Twitter peserta. Untuk Facebook, peserta men-tag minimal 20 teman, untuk Twitter mention @flpoke dan hashtag #FestivalMembacadanMenulis2012
6. Upload ditunggu sampai 20 Februari 2012
7. Peserta hanya boleh mengirimkan 1 (satu) video

Hadiah:
- Video terbaik pertama akan mendapat: Uang tunai Rp1.500.000,- + Paket buku dari penerbit
- Video terbaik kedua akan mendapat: Uang tunai Rp1.000.000,- + Paket buku dari penerbit
Hadiah-hadiah disponsori oleh:
- PT Citra Bahana Edukasi
- Noura Books
- Penerbit Indiva


Selasa, 14 Februari 2012

Dicari: H.B. Jassin untuk Forum Lingkar Pena


Esai Hafi Zha

Seandainya saja H.B. Jassin dihidupkan kembali, pasti dia akan memilih untuk mati lagi. Melihat begitu bertebarannya karya sastra baik di media cetak, maupun di media internet, H.B. Jassin pasti akan segera mengatakan “Kuburkan aku kembali.”

Teeuw pernah menyebut H.B. Jassin sebagai penjaga sastra Indonesia. Siapa yang berani meragukan sumbangsih sang Paus Sastra itu? Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin adalah warisan takterbantahkan bagi dunia sastra Indonesia. Siapa yang mampu menggantikannya saat ini?

Di masa sekarang perkembangan dunia tulis menulis sangatlah pesat. Sarana publikasi, baik media cetak maupun internet bisa dimanfaatkan untuk mempublikasi karya. Maka tidak heran jika banyak penulis-penulis baru lahir tanpa bisa dibendung. Mereka membawa berbagai macam cerita dengan bermacam aliran. Semuanya memberi warna dalam perjalanan dunia tulis menulis sastra kita.

Geliat para penulis ini pun diikuti dengan tumbuhnya komunitas-komunitas penulis. Menulis tak lagi sekadar mencurahkan isi hati dan pikiran atau memberikan hiburan. Akan tetapi lebih dari itu, mencoba mengusik pembacanya untuk bercermin diri. Merasakan dan menghayati. Sebuah perkumpulan menjadi sebuah wadah untuk berbagi ilmu, bertukar pikiran, dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan satu idealisme.

Forum Lingkar Pena (FLP) merupakan salah satu komunitas penulis yang terbesar di negeri ini. Memiliki banyak anggota yang tersebar di berbagai negara. FLP seperti oase di tengah gersangnya bacaan yang humanis dan agamis. Dalam hitungan waktu yang singkat, FLP mampu menelurkan banyak penulis. Karya-karya para penulisnya tersebar di berbagai media.

Namun, sangat disayangkan karena kelahiran penulis FLP tak diikuti dengan lahirnya seorang H.B. Jassin. Karya-karya yang ditelurkan menguap entah ke mana. Dengan kata lain, tak ada apresiasi atau kritik terhadap karya-karya tersebut. Padahal, jika saja sebuah karya dikupas tuntas, diapresiasi, ataupun dikritik, tentu akan sangat membantu penulisnya untuk berkembang. Dan secara tidak langsung akan mendorong penulis yang lain untuk berkarya lebih baik lagi. Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi seorang penulis bila karyanya diapresiasi oleh seorang ahli sastra.

Ketiadaan seorang yang mengambil peran sebagai kritikus dalam organisasi, membuat FLP berjalan di tempat. Tidak bisa disebut mengalami kemunduran. Tapi juga tidak bisa dibilang mengalami kemajuan. Anggotanya tetap ada, dan mungkin terus bertambah. Para penulisnya masih berkarya, walau kadang orang luar hanya mengetahui nama-nama penulis yang “itu-itu” lagi.

FLP bukan tidak memiliki orang-orang sekualitas H.B. Jassin. Helvy Tiana Rosa dan M. Irfan Hidayatullah hanyalah salahdua dari orang-orang itu. Selain sebagai dosen sastra, mereka juga tercatat sebagai kandidat doktor di perguruan tinggi negeri terkemuka. Andai saja keduanya mau mengambil peran yang dahulu dimainkan oleh H.B. Jassin, tentu saja FLP akan menjadi organisasi yang terkemuka. Dunia apresiasi di FLP akan hidup. Upaya itu memang sudah mulai dirintis oleh Wildan Nugraha dan diharapkan diikuti oleh para akademisi yang tentunya suara mereka dibutuhkan untuk mengadvokasi karya para anggota, seperti yang dulu pernah dilakukan H.B. Jassin terhadap karya-karya Chairil Anwar.

Dunia sastra saat ini memang berbeda dengan zaman H.B. Jassin. Oleh sebab itu, tugas kritik sastra yang dahulu banyak dimainkan Jassin, bisa mulai dilakukan di komunitas-komunitas. Selain itu, usaha pendokumentasian karya-karya anggota FLP perlu dilakukan sebagai upaya menegakkan benang merah sejarah. Seandainya upaya ini dilakukan dengan sangat serius, bukan takmungkin, gaung FLP tidak hanya terdengar di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara. Saya percaya.


 

Rumah Kata Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha