Senin, 26 Juli 2010

Dongeng untuk Anakku


Puisi Hafi Zha




























Anakku, pada tiaptiap bulan yang dilalui
Kurangkai manikmanik dari air mata ibu
Entah berapa juta manik yang ibu teteskan dari telaga matanya
Menahan nyanyian pilu di perutnya
yang tak kunjung dijamah sebutir nasi
yang tibatiba saja naik membumbung setinggi langit

Ibu hibur hati anakanaknya yang duduk mengelilingi tungku
Merebus batu di bawah atap langit semesta
Bertabur bintang kerlapkerlip,
saat anak lelakinya yang corengmoreng wajahnya
dekil, dan kumal namun matanya berbinar
menengadah menunjuk bintang yang paling terang
berseru ia, “kelak, aku akan seterang dan sebesar bintang itu”
Senyap menyelimuti hati ibu yang terus mengadukngaduk rebusannya
Walau ibu tahu, batu itu tak akan pernah dapat masak
Setidaknya bisa mengganjal perut anakanaknya

Bulan kembali harus dilalui
Anakanak ibu menangis mengelilingi tungku yang padam nyalanya
Tak lagi beri panas,
sekedar menghangatkan semesta alam yang menggigil kedinginan
Anak lelaki tertuanya yang pantang menangis
berkata, “besok, aku ikut kakakkakak demo ya, Bu.
Biar ibu bisa nyalakan tungku lagi.”
Lalu, ibu meninabobokan tangisan anakanaknya
Biar tak membanjiri ruang dunia
Anakku, kembali kurangkai manikmanik air mata ibu yang kesekian
Sedang di bawah atap langit
Di padang angin yang berhembus sunyi
Nyanyian pilu ibu terbang ke setiap pelosok bumi


Malang, 2 Juni 2008

Related Articles :


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kata Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha