Senin, 26 Juli 2010

Sastra di Tangan Pembaca


Esai Hafi Zha


“Peminat sastra bebas menentukan kegunaan sastra bagi dirinya.”
(Darmono,1984: 1)

Sastra merupakan suatu yang indah yang menampung kreatifitas pembuat sastra tersebut. Sastra adalah media kaum pecinta sastra untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka sehingga menghasilkan suatu hasil karya sastra. Sastra itu sendiri sangat identik dengan tulisan sehingga adanya istilah kesusastraan, tulisan yang indah.

Cerpen ataupun novel (baca: fiksi) merupakan salah satu bentuk karya sastra. Sebagai sebuah produk, karya sastra tersebut pada hakikatnya sama dengan produk-produk ciptaan manusia yang lain. Namun tidak seperti produk-produk biasa, ia memiliki keberbedaan yang khas dan itu tidak dijumpai pada yang lain. Ia menyimpan titipan pesan pengarangnya yang disisipkan di antara untaian kata-kata yang indah. Pesan itu bisa jelas tersurat, bisa juga sangat sederhana, atau terlalu filosofis atau sufistis sehingga susah untuk ditangkap.

Bagi peminat sastra, dalam menikmati suatu karya sastra masing-masing memiliki tujuan sendiri-sendiri. Mungkin dengan membaca karya sastra ia dapat mengisi waktu luangnya, mungkin karena hobi, atau karena tuntutan kuliah mereka (tugas), atau ingin dia kreasikan ke dalam bentuk lain.

Peminat sastra yang punya daya kreatifitas tinggi tentu dalam menggunakan sastra tidak hanya berhenti saat ia membacanya tapi masih ada tindakan lanjut setelah itu. Ketika ia membaca novel atau cerpen, ia berpikir untuk bisa mengubahnya ke dalam bentuk lain misalnya puisi atau drama. Setelah ia bisa mengubahnya ke dalam bentuk puisi atau drama tentu ia akan mencoba untuk mementaskannya. Ia tidak ingin karya sastra hanya untuk dibaca olehnya sendiri tapi juga dapat dinikmati oleh orang banyak secara bersama-sama dalam pembacaan puisi atau drama.

Begitu juga sebaliknya, ketika suatu sastra masih berbentuk drama atau film bisa diubah menjadi bentuk lain yaitu novel atau cerpen. Peminat-peminat sastra yang lain yang tidak sempat menonton pertunjukan drama mereka akhirnya bisa menikmatinya sendiri. Artinya peminat sastra yang satu dengan yang lainnya dapat bekerja sama dalam melestarikan suatu karya sastra.

Ada juga yang dalam menikmati sastra hanya untuk gengsi-gengsian. Mereka akan dianggap berpengetahuan jika memiliki banyak buku tentang sastra atau hasil karya dari dalam maupun luar negeri. Mereka akan menambah koleksi buku mereka jika mereka kalah bersaing dengan temannya yang jumlah koleksinya lebih banyak. Terkadang ada juga yang benar-benar mengoleksi buku-buku sastra karena ia memang tertarik dengan sastra dan ingin mendalaminya. Semuanya relatif memang jika dilihat dengan mata telanjang.

Sastra memang banyak memiliki kelebihan, yang seperti disebutkan di atas tadi, yaitu curahan hati seorang penulis, gambaran kehidupan masyarakat, ajaran moral dari pengarangnya, dan lain-lain. Semua itu bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan. Tinggal bagaimana kita menyikapi sastra dengan bijak karena ada karya sastra yang terlalu dianggap vulgar oleh kalangan tertentu atau pengkritik karya sastra.

Related Articles :


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

1 komentar:

AGOES DJATMIKO mengatakan...

Karena Jiwa yang bicara, maka satra menjadi Elok dan elegance. Itu yang saya mengerti.

Posting Komentar

 

Rumah Kata Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha