Selasa, 17 Agustus 2010

Apresiasi Pementasan Teater Naskah “Polisi” Karya Slawamir Mrozek, terjemahan Djam’an


Oleh Hafi Zha

Pada hari Selasa, 23 Mei 2006, pukul 19.00 WIB di Auditorium Universitas Negeri Malang diadakan pementasan teater naskah ”Polisi” oleh Teater Pelangi. Pementasan ini dimainkan oleh lima pemain, yaitu Andrean Fahreza Nur Wicaksono, Agus Triono, M. Fatoni Rahman, Mochammad Zaini Leo D., dan Fitratur Rosyidah. Andre (sapaan akrab Andrean Fahreza Nur Wicaksono) bermain sebagai Kepala Polisi, Aga (Agus Triono) memainkan tokoh tawanan dan Letnan, Toni (M. Fatoni Rahman) bermain sebagai sersan, Leo (Mochammad Zaini Leo D.) memainkan tokoh jendral, dan istri sersan dimainkan oleh Ida (Fitratur Rosyida). Pementasan yang berdurasi kurang lebih dua jam ini akan diapresiasi dari segi intrinsiknya. Berikut adalah hasil apresiasi terhadap pementasan teater naskah ”Polisi”.

Sinopsis
Negara merupakan suatu struktur kehidupan yang dinamis dan kompleks. Jika kemakmuran dilihat dari gerakan-gerakan antipemerintah, tindakan-tindakan subversif, dan pemberontakan terhadap kemapanan, sedangkan tatanan-tatanan kosong dan semua rakyat begitu setia kepada pemerintah. Apa yang harus dilakukan? Bukankah ini berarti kehidupan mandeg? Dan apa fungsi angkatan kepolisian?

Hal inilah yang terjadi dalam naskah ”Polisi”. Diceritakan bahwa terdapat suatu negara yang dipimpin oleh Raja Muda dan Baginda Wali sebagai wakilnya. Negara tersebut begitu damai dan bebas dari sikap-sikap tidak puas dari rakyatnya. Hal ini dikarenakan negara itu makmur, hasil panen yang berlimpah ruah, kekayaan alam yang digunakan semestinya untuk kepentingan rakyat. Rakyat begitu setia terhadap Raja Muda dan Baginda Wali sehingga tidak ada pihak yang membangkang dan membuat kekacauan di negara tersebut. Kepemimpinan Raja Muda dan Baginda Wali ternyata dikagumi oleh seorang tawanan kepolisian. Sebutlah tawanan 9512 (karena memakai baju tahanan dengan nomor tersebut), dia adalah bekas revolusioner yang ditangkap kepolisian dan ditahan selama 10 tahun. Semua teman-teman angkatannya telah dibebaskan karena telah menandatangani surat kesetiaan terhadap negara. Hal ini membuatnya juga ingin bebas dengan kesetujuannya menandatangani surat kesetiaan terhadap Raja Muda dan Baginda Wali.

Ternyata hal ini sulit didapatkannya karena Kepala Polisi bertele-tele untuk menyerahkan surat tersebut kepadanya untuk ditandatanganinya. Pada akhirnya, tawanan 9512 dibebaskan oleh Kepala Polisi dan ternyata kelak menjadi Letnan, ajudan Jendral. Kepolisian mendapati bahwa mereka tidak mempunyai tawanan lagi sehingga Kepala Polisi menyuruh Sersan untuk membuat keonaran agar dapat memancing masyarakat untuk berbuat anarkis sehingga pelakunya bisa ditahan. Sersan tiap harinya menyamar menjadi warga sipil dan melepaskan seragam polisinya demi menjalankan perintah Kepala Polisi. Namun, semua yang dilakukan Sersan gagal, tidak membuahkan hasil. Akibatnya Kepala Polisi menyusun sebuah rencana dengan Sersan, yaitu Sersan akan pura-pura ditangkap dan ditahan. Sersan yang sedikit bodoh menyetujuinya tapi apa yang didapatnya? Ia menjadi tawanan sesungguhnya dan kasusnya diselidiki oleh Jendral secara langsung.

Penokohan
Tokoh utama: Kepala Polisi
Tokoh pembantu: istri Sersan dan Jendral
Tokoh mayor: Kepala Polisi, Sersan, dan tawanan 9512 (Letnan)
Tokoh minor: Jendral dan istri Sersan.
Tokoh protagonis: istri Sersan, Jendral, Sersan, tawanan (Letnan)
Tokoh antagonis: Kepala Polisi.

Perwatakan
Perwatakan Kepala Polisi

Segi fisik: berpostur badan tinggi, kurus, tegap, berambut cepak, berkulit coklat, berseragam rapi, berkumis, bermata tajam dengan pandangan menyelidik.
Segi psikologis: berwibawa, berbicara dengan tegas, sombong dan angkuh, pandai bersilat lidah, pintar memprovokasi, suka cemas dan khawatir.
Segi sosiologis: mempunyai jabatan yang cukup penting di kepolisian sebagai kepala polisi, suka minum-minuman keras (secara sembunyi-sembunyi), disegani oleh bawahannya.

Perwatakan Sersan

Segi fisik: sedikit gemuk, bertampang bodoh, hidung pesek, berkulit putih, rambut sedikit ikal, tinggi badan kira-kira 165 cm, berseragam rapi.
Segi psikologis: patuh pada perintah atasan, sedikit bodoh, suka melucu, tidak bisa berpikir panjang, gila jabatan, suka dipuji, disiplin, pasrah.
Segi sosiologis: anggota kepolisian yang berpangkat sersan, ayah dari dua anak, mempunyai istri cantik, mengemban misi rahasia dari kepolisian dengan menyamar sebagai warga sipil.

Perwatakan Tawanan9512 (Letnan)

Segi fisik: saat masih jadi tawanan berambut gondrong, berkumis dan berjambang, kurus, penampilan acak-acakan, suara tegas dan nyaring, memakai baju tahanan dengan nomor 9512, memakai sandal; setelah menjadi letnan rambutnya cepak, berkumis, berseragam rapi, tegap. Kurus, berpostur badang lumayan tinggi, berkulit coklat, berambut lurus, bermata tajam.

Segi psikologis: cerdas, suka humor, pandai berbicara, sedikit suka minum minuman keras, pemberani, vokal, pantang menyerah, tidak mudah terpengaruh, ketika menjadi letnan berwibawa, setia, serius, suka mengumpulkan perangko.
Segi sosiologis: seorang tahanan kepolisian selam 10 tahun, mantan revolusioner, diangkat menjadi letnan oleh Jendral.

Perwatakan Jendral

Segi fisik: gemuk, besar dengan badan yang pendek, berkulit putih, berkumis, berambut pendek, tatapan mata tajam dan menyelidik, berbicara dengan suara yang tegas, berseragam rapi dan lengkap, membawa tongkat sebagai salah satu atribut seragamnya.

Segi psikologis: bisa melucu, berwibawa, mudah terpengaruh dan terkdang kurang tegas terhadap bawahannya.

Segi sosiologis: seorang jendral, disegani oleh bawahannya, terpandang di negara tersebut.

Perwatakan istri sersan

Segi fisik: tinggi semampai, langsing, berkulit hitam manis, rambut panjang yang diikat, berpakaian sedikit mewah, feminim, bermata jeli, berbicara dengan pelan, suara tegas, sedikit genit.

Segi psikologis: penurut, penyayang terhadap Sersan, perhatian, hati-hati, sopan.
Segi sosiologis: istri seorang sersan, cukup terpandang di lingkungan rumahnya, mengenal para tetangganya.

Setting

Pementasan ini terbagi menjadi tiga babak di mana antara babak yang satu menggunakan setting tempat yang berbeda. Babak pertama bertempat di sebuah penjara. Di tempat ini bermain tokoh Kepala Polisi, Tawanan 9512, dan Sersan. Di babak yang kedua mengambil tempat di rumah Sersan, di sini bermain istri Sersan, Kepala Polisi, dan Sersan. Selanjutnya di babak terakhir bertempat di penjara, yang bermain di sini adalah Sersan, Kepala Polisi, Jendral, dan Letnan.

Setting waktu saat terjadinya peristiwa dalam setiap babak juga berbeda-beda. Di babak pertama terjadi antara waktu pagi hari sampai menjelang sore (kemungkinan besar pagi menjelang siang). Hal ini dibuktikan dengan bebasnya Tawanan 9512 (seorang tahanan tentu kemungkinan besar dibebaskan di siang hari, jarang terjadi bahkan tidak pernah tahanan dibebaskan pada malam hari). Babak kedua mengambil waktu di malam hari dan malam tersebut hujan. Hal ini dibuktikan dengan bertamunya Kepala Polisi ke rumah Sersan dengan memakai jas hujan dan ketika sampai di rumah Sersan mengucapkan selamat malam. Babak terakhir terjadi di siang hari. Buktinya adalah kunjungan Jendral untuk melihat langsung kondisi Sersan yang ditahan dan mengecek hasil introgasi oleh Kepala Polisi.

Dialog

Dialog yang digunakan dalam pementasan ini panjang, sehingga tiap babak memakan waktu kurang lebih 40 menit. Dialog berjalan apa adanya. Antara pemain saling merespon dialog pemain yang lainnya. Bahasa yang digunakan dalam dialog adalah bahasa Indonesia formal namun tidak tertutup kemungkinan digunakannya bahasa daerah seperti bahasa Jawa. Dialog tidak terlalu kaku karena pemain bisa dan terkadang menyelipkan humor di antaranya.

Alur dan Tahapan Peristiwa

Alur yang digunakan adalah alur maju. Babak pertama menceritakan tentang tawanan 9512 yang ingin bebas setelah sepuluh tahun dipenjara. Ia dipenjara karena dituduh melakukan tindakan anarkis terhadap pemerintah (gerakan revolusi). Setelah berbelit-belit, Kepala Polisi terpaksa melepaskannya. Datanglah Sersan yang ternyata ditugasi untuk melakukan provokasi terhadap masyarakat yang setia terhadap pemerintah sehingga kepolisian tidak memiliki lagi tahanan (akibat terlalu damainya negara tersebut dipimpin oleh Raja Muda dan Baginda Wali). Babak kedua berkisah tentang kunjungan Kepala Polisi ke rumah Sersan untuk mengajaknya melakukan sebuah rencana yang akan membawa Sersan masuk penjara. Sersan yang sangat patuh terhadap perintah Kepala Polisi serta gila jabatan mau melaksanakan rencana tersebut. Ia akan pura-pura ditangkap agar kepolisian memiliki kasus untuk ditangani. Babak terakhir menceritakan terpenjaranya Sersan dan rasa penyesalan serta ketidakmengertian Sersan kenapa dia ditahan lama. Juga diceritakan tentang nasib Tawanan 9512 yang telah menjadi Letnan, ia menemani Letnan mengecek kasus Sersan ke penjara. Di sana Letnan (mantan tawanan) bertemu dengan Kepala Polisi yang akhirnya saling menjatuhkan di hadapan Jendral.

Tahapan peristiwa dalam pementasan ini setiap babaknya berisi tahap perkenalan dari masing-masing tokohnya. Tahapan penanjakan adalah ketika Tawanan 9512 dibebaskan dari penjara. Kepala Polisi kebingungan karena penjara telah kosong dan tidak ada kasus yang ditangani. Klimaks terjadi ketika Sersan setuju untuk melakukan rencana Kepala Polisi dengan berpura-pura sebagai pengacau dan pembantah negara. Sersan akhirnya ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Tahapan penurunan adalah ketika Jendral datang bersama Letnan untuk mengecek kasus Sersan. Sempat terjadi adanya upaya untuk membunuh Jendral dengan granat – merupakan barang bukti tawanan 9512 – yang diserahkan kepada Sersan yang bodoh. Namun, Jendral selamat karena lari bersembunyi di kamar mandi. Akhirnya penyelesaian cerita adalah ketika Jendral menengahi perselisihan antara Kepala Polisi dengan Letnan.

Tata Panggung, Tata Suara, Musik, Tata Rias, dan Tata Busana
Penataan panggung sudah cukup bagus dan mampu menciptakan suasana yang dimaksud dalam tiap adegan. Dalam menciptakan suasana dalam penjara pada babak pertama dan ketiga, panggung didekorasi sesuai suasana penjara itu sendiri. Terdapat meja Kepala Polisi beserta peralatan-peralatan tulisnya serta dokumen dan surat-surat penting. Terdapat tayangan multimedia yang berisi sebuah sel dan foto pemimpin negara tersebut, yaitu Raja Muda dan Baginda Wali. Terdapat juga bangku panjang (digunakan sebagai tempat tidur tahanan). Di babak kedua, penataan panggungnya dilengkapi satu set kursi tamu karena settingnya adalah di ruang tamu di rumah Sersan. Masih ada foto yang dipajang di tembok yaitu foto Raja Muda dan Baginda Wali, terdapat pula penyekat ruangan di mana di baliknya digunakan sebagai tempat berganti pakaian oleh Sersan.

Pencahayaan yang digunakan untuk mendukung suasana juga sudah cukup bagus.

Tata suara kurang berhasil dalam pementasan ini. Terkadang ada suara dari pemain yang kurang bisa ditangkap oleh penonton (saya, khususnya, walaupun saya duduk di barisan kelima). Suara pemain timbul tenggelam, seperti suara Kepala Polisi, di awal-awal cerita masih terdengar jelas namun berikutnya sulit untuk ditangkap karena mungkin Kepala Polisi selalu tampil di setiap babak. Musik pengiringnya bagus dan berhasil menciptakan suasana cerita yang dibawakan oleh para pemain.

Tata rias bagus karena mampu membantu pemain dalam menampilkan karakter yang dibawakannya. Make up sudah sesuai dengan karakter para pemainnya. Kepala Polisi yang make up-nya lumayan tebal telah mampu menampilkan sosok yang tegas dilihat dari wajahnya dan kelicikannya juga terpancar dari matanya yang juga dirias tebal. Sersan yang babak belur juga diberi make up yang sudah sesuai dan tidak terlalu tebal karena karakter Sersan yang sedikit bodoh. Busana yang digunakan pemain juga sudah sesuai dan tidak berlebihan. Atribut-atribut kepolisian yang lumayan lengkap walaupun tidak seperti kepolisian asli.

Akting Para Pemain

Para pemain, secara garis besar, sudah bermain lumayan bagus dan berhasil dalam membawakan cerita. Hanya saja terdapat kekurangan dimana terkadang karakter tokoh yang dibawakan tidak terlalu kuat karakternya, misalnya saja Kepala Polisi di awal-awal cerita masih mengambang dan tidak jelas karakternya bagaimana. Hal ini berakhir ketika Kepala Polisi mulai membujuk Sersan untuk melakukan rencananya. Selain itu, karena dialog yang terlalu panjang agak sedikit membosankan penonton dalam mengikuti ceritanya. Kepala Polisi yang tampil dari awal hingga akhir juga sedikit membosankan karena tidak ada kejutan akting yang dibuatnya.

Tema

Tema yang diangkat dari pementasan ini adalah kesetiaan tanpa kelogisan berpikir. Hal ini dibuktikan dengan tindakan Kepala Polisi yang bersikeras untuk tidak melepaskan Tawanan 9512 karena dia takut kepolisian akan menganggur, tidak ada kasus yang ditangani, fasilitas pengadilan yang terbengkalai karena negara begitu makmurnya dan amannya. Kepala Polisi menunjukkan kesetiaannya terhadap kepolisian dengan berbuat hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang anggota polisi. Kesetiaan juga ditunjukkan oleh Sersan yang sanggup melakukan rencana dari Kepala Polisi tanpa ia mau berpikir baik-buruknya. Ia sanggup melaksanakan rencana dengan mengorbankan fisik dan waktunya. Tawanan 9512 yang ingin bebas karena ingin setia terhadap Raja Muda dan Baginda Wali. Istri Sersan juga setia terhadap suaminya dengan setia menunggunya yang pulang malam.

Tema ini dibungkus dengan cerita yang menarik, yang tidak dapat ditemukan tanpa melihat masing-masing karakter dari tokoh-tokoh yang bermain di dalamnya. Teater ini berhasil membawakan tema secara apik dengan tokoh-tokoh yang bermain totalitas dengan catatan-catatan seperti yang disebutkan dalam bagian akting.

***

Demikianlah pembacaan saya terhadap pementasan teater dengan lakon “Polisi” Karya Slawamir Mrozek yang diterjemahan oleh Djam’an. Semoga bermanfaat.

Related Articles :


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kata Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha