Judul: Lagu Pilu Orang Kuyu
Penulis: Mohd. Harun al Rasyid
Penerbit: LaPena, Banda Aceh
Cetakan: I, Juli 2005
Tebal Buku: 108 hal + vii
“Lagu Pilu Orang Kuyu” adalah buku kumpulan puisi yang puisi-puisinya lahir dari pengalaman dan pengamatan kehidupan penulisnya. Sebagai penulis, Bapak Rasyid begitu peka terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Nama yang tercantum dalam buku ini adalah salah satu nama pena beliau. Nama asli beliau adalah Mohd. Harun. Selain Mohd. Harun al Rasyid, nama pena beliau yang lain adalah C. Harun al Rasyid. Beliau penulis dari Aceh sehingga dalam buku ini, sebagian besar berkisah tentang Aceh. Masih ingat kan bencana tsunami yang melanda Aceh pada tanggal 26 Desember dua tahun silam? Pasti dong.
Nah, dalam buku ini juga ada puisi yang ditulis 16 hari sebelum tsunami yang secara tersirat menunjukkan kegelisahan penulisnya karena terdapat baris yang berbunyi: aku ingin larut dalam gelombang itu... (semacam pertanda yang mampu dirasakan oleh Bapak Rasyid). Pada saat itu beliau sedang pulang kampung dari studinya di Malang dan berkumpul dengan istri dan kedua anaknya. Ada juga puisi yang diperuntukkan untuk anak sulung beliau yang hilang dalam tsunami, Inong Nabila Harza. Judul puisinya Kenangan dalam Keikhlasan. Puisi ini berkisahkan tentang keikhlasan ayah (Pak Rasyid) melepaskan anaknya untuk tidur tenang dan abadi di sisi Tuhan. Coba deh teman-teman baca sendiri, pasti inget akan pengorbanan ayah dan ibu kita...hiks jadi terharu.
Kembali ke isi buku, total puisi yang ada dalam buku ini berjumlah 85 buah yang sebagian besar ditulis di Banda Aceh. Selain di Banda Aceh, ada juga puisi yang ditulis di Darussalam sebanyak 9 buah, Sigli 8 buah, Malang 5 buah, dan yang sisanya ada yang ditulis di Jakarta, Bukit Tinggi, Selat Malaka, Aceh, Pidie, dan daerah di wilayah Aceh lainnya. Puisi-puisi yang ada dalam buku ini ditulis antar tahun 1987 sampe tahun 2005. Tema yang diangkat mulai dari kemanusiaan, keprihatinan sosial, sampe kasih sayang dan ketuhanan. Pokoknya dijamin lengkap deh.
Sesuai kodratnya, segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia kemungkinan besar ada kekurangannya. Begitu juga dengan buku ini. Apa sih kekurangannya? Puisi yang termuat dalam buku ini disusun tidak urut sesuai dengan tahun penulisannya. Seandainya disusun berdasarkan tahun yang paling awal (1987 sampe 2005) tentu pembaca bisa mengetahui perkembangan atau pun perubahan yang terjadi dalam puisi-puisi yang ditulis Bapak Rasyid. Akan tetapi, hal ini tidak terlalu besar pengaruhnya karena mungkin saja penulis sengaja membiarkan pembaca menyusun sendiri puisi-puisinya berdasarkan tahun penulisan. Intinya, buku ini bagus dan cocok buat dibaca teman-teman agar pengetahuan puisi (sastra) semakin luas dan mengasah kepekaan kita terhadap orang lain, masyarakat, dan bangsa. Buku ini masih termasuk langka di pasaran, namun temna-teman tidak perlu kecewa karena bisa menemukannya di perpustakaan UM. (Fi)
You are Here: Home > Belajar Peka dari Puisi Orang Aceh
Kamis, 19 Agustus 2010
Belajar Peka dari Puisi Orang Aceh
Label: Apresiasi, Apresiasi Buku, RESENSI, SASTRA
0 komentar:
Posting Komentar